Peran Albumin Glikat sebagai parameter baru untuk pemantauan diabetes melitus.

(Clinical Chemistry - 30 Nov -0001)

Setiap penderita diabetes melitus perlu melakukan pemantauan status glikemiknya dengan teratur untuk mencapai status kendali yang baik agar supaya tidak terjadi penyulit. Selama ini pemantauan dilakukan dengan pemeriksaan kadar glukosa darah baik puasa,  atau post prandial, kurva harian maupun kadar hemoglobin glikat (HbA1c). Kadar glukosa menggambarkan kondisi jangka pendek, beberapa hari saja, sedangkan kadar HbA1c menggambarkan kadar glukosa 2-3 bulan sebelumnya. Status kendali yang baik adalah bila kadar glukosa maupun kadar HbA1c keduanya mencapai nilai sasaran yang diinginkan sesuai panduan. Seringkali terjadi kadar glukosa sudah mencapai status kendali tetapi kadar HbA1c masih di atas nilai batas sasaran. Dalam hal ini dokter dan pasien perlu menunggu sampai pemeriksaan HbA1c berikutnya yang biasanya setiap 3 bulan. Diiginkan parameter yang dapat dilakukan dan memberikan informasi lebih cepat. Albumin Glikat (GA) tampaknya mampu mengisi "kekosongan" tersebut.

          GA terbentuk oleh reaksi antara glukosa dengan albumin seperti juga HbA1c antara glukosa dengan hemoglobin. GA juga awalnya berbentuk enol bersifat reversibel, akan terurai kembali jika kadar glukosa yang tinggi kembali ke kadar normal, tetapi akan berubah oleh reaksi Amadori menjadi bentuk keto yang ireversibel, tidak terurai kembali, dan menggambarkan satus glikemik. Sesuai dengan masa paruh albumin maka GA menggambarkan kadar glukosa 2-3 minggu sebelumnya, lebih cepat daripada kadar HbA1c. Oleh karena itu GA dapat memantau perubahan kadar glukosa yang lebih cepat.

          Kelebihan lain daripada GA adalah ia tidak dipengaruhi oleh kondisi perubahan rentang hidup eritrosit dan kadar Hb misalnya pada anemia, Thalassemia, Hb-pati, kehamilan, nefropati, pengaruh obat-obatan yang dapat mengganggu dan menimbulkan kesalahan hasil kadar HbA1c. Selain itu GA dilaporkan juga memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan HbA1c pada pemantauan retinopati dan risiko kardiovaskular pada pasien diabetes melitus tipe 2 serta penyebab semua kematian pada pasien hemodialisis.

          Meskipun GA juga dipengaruhi oleh kondisi perubahan kadar albumin, karena AG merupakan rasio AG dengan albumin total maka AG masih dapat dipakai untuk pemantauan.   

 

Daftar pustaka

1.   Canadian Diabetes Association Clinical Practice Guidelines Expert Committee. Definition, Classification and Diagnosis of Diabetes, Prediabetes and Metabolic Syndrome. Can J Diabetes 2013; 37:S8-S11.

2.   American Diabetes Association. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes care 2012; 35, Supplement1:S64-S71.

3.   Koga M, Kasayama S. Clinical impact of glycated albumin as another glycemic control marker. Endocrine J 2010; 57 (9): 751-62.

4.   Morita S, Kasayama S, Deguchi R, Hirai K, Mukai K, Utsu Y, et al. Glycated Albumin, rather than Hba1c, reflects diabetic retinopathy in patients with type 2 diabetes mellitus. J Diabetes Metab 2013,4:6

5.   Saisho Y. Glycated albumin: A more sensitive predictor of cardiovascular disease than glycated hemoglobin? Int J Diabetol & Vasc Dis Res2013, I (6): 1-3.

6.   Yoshiuchi K, Matsuhisa M, Katakami N, Nakatani Y, Sakamoto K, Matsuoka T, et al. Glycated albumin is a better indicator for glucose excursion than glycated hemoglobin in type 1 and type 2 diabetes. Endocrine J 2008: 1 – 8.

 

 

 

Marzuki Suryaatmadja, Prof, dr, SpPK (K).